Opini
MENGGELITIK BUDAYA LITERASI DI KAMPUS IKIP
KADO PERSEMBAHAN ULANG TAHUN UKM JURNALISTIK “SINERGI”
KE-2
0leh: Imam Zaenal Abidin
Seakan tidak ada
habisnya ketika membahas problematika pendidikan di Indonesia. Mungkin kalau
diibaratkan seperti sumur yang tak pernah
kering meski selalu diambil airnya. Terlalu kompleks, sehingga sangat
mempengaruhi terhadap out putnya
yaitu mencetak kader calon pemimpin bangsa yang berkualitas, calon pemimpin
masa depan yang berpendidikan baik secara akademik maupun moral.
Mengamati pendidikan
saat ini sungguh sangat memprihatinkan ketika survey dari United
Nation Education Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menunjukan
bahwa Indonesia sebagai Negara dengan minat baca paling rendah di ASEAN
(Republika 26/1) mengingat pentingnya membaca dan menulis sebagai salah satu kunci utama suksesnya
pendidikan. Sengguh sebuah kemustahilan
proses pendidikan akan sukses ketika elemen-elemen didalamnya anti
terhadap literasi atau menganggap literasi sebagai barang yang sangat mewah
sehingga seakan sulit untuk meraihnya,
Menanggapi soal literasi,
apa sih yang disebut literasi? mungkin
bagi kalangan akadimisi atau mahasiswa seharusnya
bukanlah sebuah istilah yang asing, karena setiap hari mereka senantiasa akrab
bahkan sangat intim terhadap literasi. Namun bagi orang awam mungkin masih
jarang yang mengetahuinya.
Literasi adalah
sebuah keterampilan membaca dan menulis secara baik yang dimiliki seseorang.
Budaya literasi perlu dikembangkan sejak dini karena akan berpengaruh baik
terhadap perkembangan seseorang. Anak-anak yang gemar ber-literasi akan
membantu perkembangan secara motoriknya dan psikologis sehingga anak mempunyai
bekal yang bagus ketika dewasa.
Memang bukanlah suatu perkara yang mudah
menumbuhkan kesadaran seorang akan baca dan tulis, sebab secara umum bangsa
kita cenderung mengungkapkan sesuatu secara verbal daripada dengan tulisan.
Mengamati hal
tersebut, itu bukanlah indikator yang baik, mengingat bangsa yang maju adalah
bangsa yang masyarakatnya gemar untuk baca dan tulis. Membaca dapat membuka
jendela informasi, menerobos sekat-sekat teritorial Negara, dan membaca juga
dapat mengasah kecerdasan spiritual dan emosional. Dengan menulis kita dapat
mengungkapkan ide-ide brilian yang bisa berkontribusi untuk memajukan Negara
ini serta memberikan pencerahan bagi para pembacanya.
saya sempat bertanya
pada sejumlah teman mahasiswa tentang apa yang dimaksud dengan literasi. Dan
saya pun kaget mendengar jawaban mereka yang “tidak tahu”. Padahal di kampus kita IKIP PGRI Bojonegoro telah
memfasilitasi yang mendukung adanya kegiatan Literasi. Yaitu telah didirikinya
Perpustakaan yang saya rasa saat ini sudah lumayan bagus, buku-buku yang
disiapkan sudah cukup lengkap, dan
pelayanan administrasi perpustakaan yang mulai rapi. Selain itu kampus
juga mewadahi mahasiswa yang ingin
menyalurkan bakat literasinya melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik
“Sinergi”. Namun sayang mahasiswa kurang berpartisipasi aktif dalam
memanfaatkan fasilitas yang ada.
Kita semua juga mengetahui bahwa Institusi kampus kita
mencetak calon-calon Guru. Masih hangat
diberitakan oleh awak media bahwa saat ini Guru akan mendapat nilai plus ketika
mampu membuat karya tulis yang dimuat di media massa. Jadi, ini merupakan
sebuah tantangan sekaligus kabar gembira bagi para mahasiswa untuk
mengembangkan budaya literasi agar kelak dapat menjadi pendidik yang plus
(berkualitas) .
Seharusnya mahasiswa
yang notabennya sebagai agent of change mampu memberikan kontribusi maksimal terhadap
bangsa ini. Sungguh ironi bukan ketika mahasiswa datang ke kampus Cuma
nongkrong dikantin, cangkru’an sambil minum kopi. Kalau boleh meminjam ungkapan
penyair Taufiq Ismail “Bangsa ini rabun membaca dan tumpul menulis,
karena rabun maka rasa dan nalar tak terasah, yang ada mereka berkelompok,
cangkru’an sambil meneguk minuman keras “(Radar Bojonegoro, 6/4/2010).
Budaya literasi
khusunya dikalangan mahasiswa khususnya di IKIP tidak akan datang begitu saja
tanpa melalui sebuah mekanisme yang pastinya tidak instan dan membutuhkan waktu
yang tidak sebentar. Namun kalau tidak dimulai dari sekarang lalu kapan lagi?
Mending terlambat daripada tidak sama sekali dan dalam kata bijak disebutkan untuk
berbuat baik tidak ada kata terlambat. Memang banyak hal yang harus kita benahi
namun dengan kesabaran dan usaha keras insyaallah citya-cita luhur itu bisa
tercapai.
Banyak hal yang
menyebabkan lambanya perkembangan budaya literasi di kampus kita. Mungkin faktor intern dari mahasiswa itu
sendiri dan faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhinya
MENYADARI BAHWA KITA
MEMANG MAHASISWA
Banyak mahasiswa yang
lupa akan jatidirinya. Untuk itu pertama kali yang harus dirubah adalah
mindsetnya. Kita harus menyadari bahwa kita adalah agent of change dan segala
sesuatu yang kita lakukan adalah bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang
lain. Yaitu dengan kapasitas kita sebagai mahasiswa harus menegakan literasi
dan mengkampanyekan literasi. Karena tongkat estafet kepemimpinan bangsa ada di
tangan kita, dan tanggung jawab besar kemajuan bangsa juga ada di pundak kita. Bukan
mahasiswa yang hanya mementingkan formalitas
menjadi “sarjana” daripada mengedepankan kualitas SDMnya masing-masing. Upss
MENCIPTAKAN ATMOSFIR
BACA YANG KONDUSIF
Lingkungan sangat
mempengaruhi tingkah laku seseorang,
kita sering melakukan perubahan prilaku kita agar bisa diterima atau
sesuai dengan keadaan sekitar. Hal ini sesuai dengan teori konformitas, yaitu
mengikuti prilaku kelompok tanpa adanya paksaan dari kelompok. Jadi kita harus
menciptakan atmosfir literasi yang kondusif, tindakan nyatanya ialah mungkin dengan
membentuk komunitas-komunitas baca, dan memanfaatkan perpustakaan IKIP yang
masih sepi.
PERUBAHAN ITU BERAWAL
DARI HAL KECIL
Ayolah, kita
sama-sama mengajak kepada diri kita masing-masing agar mencintai literasi.
Semoga dengan aksi kecil yang dimulai dari individu per-mahasiswa untuk meningkatkan
minat baca dan tulis dapat menjadi suri tauladan yang dapat merubah Paradigma khususnya
masyarakat Bojonegoro terhadap literasi. Saya yakin bahkan haqqul yaqin terhadap diri saya sendiri dan teman-teman mahasiswa
mampu menjadi pionir-pionir perubahan yang membawa Indonesia kearah lebih baik
. Selamat Ulang Tahun UKM Jurnalistik “Sinergi” yang ke-2. Berikanlah karya
terbaikmu untuk kampus kita. Dan Selamat memperingati hari Sumpah pemuda. Hidup pemuda Indonesia..!!